http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=46a26a667aa11df4df3125de617be16c&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
SIDOARJO- Banyak cara dilakukan untuk memupuk jiwa kewirausahaan sejak usia dini. Seperti yang dilakukan ratusan anak-anak TK Nurul Fikri Sidoarjo ini, mereka mencoba menjadi sosok wiraswasta dengan menjajakan barang dagangannya ke setiap pembeli. Para murid TK ini menjual beraneka macam barang dagangan, mulai makanan, minuman hingga buku.
SIDOARJO- Banyak cara dilakukan untuk memupuk jiwa kewirausahaan sejak usia dini. Seperti yang dilakukan ratusan anak-anak TK Nurul Fikri Sidoarjo ini, mereka mencoba menjadi sosok wiraswasta dengan menjajakan barang dagangannya ke setiap pembeli. Para murid TK ini menjual beraneka macam barang dagangan, mulai makanan, minuman hingga buku.
Bukan hanya menjual barang, namun bagaimana menarik pembeli dengan pelayanan yang bagus juga mereka terapkan.
Kepala
sekolah TK Nurul Fikri, Dewi Ajuni menuturkan, kegiatan ini sebagai
wahana belajar memupuk jiwa wiraswasta di usia dini. Dewi ingin
memberikan sentuhan langsung terkait bagaimana melakukan proses
berdagang dengan mengedepankan pelayanan.
“Biasanya
mereka bermain proses jual beli di kelas menggunakan berbagai mainan
pendukung. Tapi kali ini siswa-siswa benar-benar merasakan bagaimana
menjadi seorang pengusaha,” kata Dewi Ajuni.
Dewi
melanjutkan, acara ini sendiri sebagai puncak pembelajaran untuk tema
profesi. Ia memilih profesi pedagang, karena pedagang merupakan profesi
yang merujuk pada sifat Nabi Muhammad SAW. Rasulullah, lanjut Dewi,
berhasil menjadi sosok teladan yang menggambarkan seorang pedagang yang
jujur. Selain itu, jumlah wiraswasta yang dimiliki bangsa Indonesi masih
jauh dari harapan.
”Sesuai
pesan dari Rasullulah, 9 dari 10 pintu rezeki adalah untuk pedagang.
Saya harap, anak-anak ini kelak menjadi wiraswasta, artinya kesempatan
mereka meningkatkan kesejahteraan bangsa sangat terbuka lebar,”
imbuhnya.
Sebanyak
156 siswa-siswi TK tersebut sangat antusias menawarkan barang yang
mereka jual ke setiap pembeli yang melintasi stand-stand mereka.
Berbagai jajanan seperti gethok, kripik telo, bandeng presto, buku
bacaan, dan aneka minuman menjadi barang komoditas yang dijual. Satu
stand, di tempati oleh 8 murid, dan ada pembagian tugas sebagai penjual
dan marketing. M Pahlevi, seorang murid nampak antusias menarik
calon-calon pembeli dengan gaya marketingnya. Sementara siswa lainnya,
sibuk memberikan penjelas terkait keunggulan barang yang dijual.”Ini
bandeng presto khas Sidoarjo, sangat renyak kok,” kata M Pahlevi.
Dengan
penuh percaya diri, murid-murid TK Nurul Fikri menawarkan barang yang
mereka jual kepada setiap pengunjung yang kebetulan mendekat. Nampak,
anak-anak ini begitu getol menjelaskan produk-produk yang mereka jual
tanpa ada rasa malu.
Hal
ini yang membikin pengunjung semakin terpancing untuk mengetahui lebih
jauh terkait produk olahan yang di jual anak-anak TK tersebut. Entah
karena kasihan sudah di jelaskan panjang lebar atau memang tertarik
membeli produk olahan itu, nyatanya semua produk-produk olahan itu ludes
terjual.
"Ini
dibuat dari singkong. Kalau yang ini kripik singkong juga sama bahannya
dari singkong juga, beli ya bu," ujar Anissa siswi TK B meyakinkan
pengunjung.
Hanya
produk berupa buku bacaan dan buku tulis yang masih tersisa. Ernawati
seorang pembeli menuturkan, sebelum dirinya membeli gethok lindri, dia
ingin tahu bagaimana anak-anak ini menjelaskan tentang bahan-bahan yang
digunakan membuat gethok itu. Setelah puas dengan penjelasan anak-anak
tersebut, Ernawati memutusakan membeli gethok tiga bungkus.
”Ya
ini kan sebagai bentuk pelayanan ke konsumen. Saya ingin tahu bagaimana
mereka menawarkan produknya, sehingga bisa menarik konsumen
membelinya,” ungkapnya kepada Surabaya post.
Seorang
wali murid, Joko Susanto menuturkan, dia sangat mendukung kegiatan ini .
Sebab dia berharap, kegiatan ini bisa memupuk jiwa wiraswasta sejak
usia dini. Menjadi seorang pegawai, lanjutnya, bukan hal yang dilarang.
Namun, alangkah baiknya menjadi seorang wiraswasta yang bermanfaat bagi
orang lain dengan membuka kesempatan kerja. Dia sepakat dengan jiwa
pedagang jujur seperti tergambar pada sosok Nabi Muhammad SAW. Dengan
mengambil keuntungan yang tidak banyak, Rasulullah membuktikan bisa
menjadi seorang pedagang sukses pada eranya.
“Memang
perlu pengenalan sejak usia dini tentang bagaimana menjadi seorang
pengusaha yang jujur. Nantinya, anak-anak ini memiliki semangat menjadi
calon pengusaha. Kebanyakan anak-anak kalo ditanya cita-cita apa,
jawabnya pasti dokter atau pilot. Ini perlu diubah, harus mulai sekarang
jiwa pengusaha ditanamkan,” harap pegawai kantor Pajak Pratama
Sidoarjo ini kepada Surabaya Post. m37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar