Jamilatun Heni
Berita dan Opini Edukasi
Jumat, 13 Maret 2015
Selasa, 16 September 2014
Buku Sebagai Sahabat
Mbak Heni bercerita bahwa dirinya barusan berkunjung ke toko buku dan melihat buku berjudul Kekuatan Pena. Ia lantas melihat nama pengarangnya. Karena penasaran, ia mengirimkan SMS dan bertanya nama penulis itu saya atau bukan.
Saya jawab iya. Dia membalas lagi dan bilang keren. ”Inspiratif banget, Pak,” tulisnya. Saya mengucapkan terima kasih atas apreasiasinya.
Terus terang, sudah lama saya mengenal
ibu guru yang aktif menulis ini. Kali pertama tulisannya lolos seleksi
dalam lomba artikel guru yang diadakan Jawa Pos pada 2009. Mbak
Heni juga membantu kehumasan di Yayasan Nurul Fikri yang membawahkan
TKIT Nurul Fikri dan SDIT Nurul Fikri yang berlokasi di Kecamatan
Sukodono, Sidoarjo.
Dia mengaku belum sempat menuntaskan membaca Kekuatan Pena. ”Karena harus rebutan sama anak-anak,” ucapnya.
Saya sangat menaruh respek kepada
beliau. Sebab, Mbak Heni termasuk aktif mendidik anak-anaknya untuk
gemar membaca dan menulis. Tak heran jika dua anaknya menjadi penulis
cilik. Anak sulungnya bahkan sudah berkibar di jagat kepenulisan.
Amatullah Nuha Salsabila atau akrab disapa Nuha tahun ini lulus dari
SDIT Nurul Fikri Sidoarjo. Kebetulan ia murid istri saya karena istri
saya juga menjadi pengajar ekstrakurikuler jurnalistik di sana.
Istri saya pula yang memberikan
informasi bahwa Nuha adalah penulis cilik potensial. Bahkan, bukunya
sudah diterbitkan oleh penerbit Dar! Mizan (Grup Mizan) dalam jilid
Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Judulnya The Rainbow School.
Saya sudah baca buku itu yang dipinjam
dari perpustakaaan SDIT Nurul Fikri. Bagus! Gaya bahasa khas anak-anak
yang ditulis Nuha betul-betul kreatif. Ia pintar memilih diksi-diksi
yang menarik dalam bukunya tersebut.
Selain menulis buku, Nuha gemar mengarang puisi. Beberapa karyanya pernah dimuat di harian Republika dan Kompas. Suatu pencapaian yang luar biasa bagi pelajar SD seusianya.
Makanya, saya senang sekali mendengar
bahwa Mbak Heni berebut membaca buku saya dengan Nuha. Saya bersyukur
bisa menginspirasi Nuha. Apalagi, Nuha tergolong punya jam terbang
tinggi sebagai motivator cilik. Ya, dia sering diundang ke berbagai
institusi pendidikan dan lembaga SD untuk memberikan tip menulis bagi
murid-murid SD. Di Surabaya dan sekitarnya, termasuk Sidoarjo, nama Nuha
memang populer sebagai penulis cilik.
Dalam suatu pelatihan menulis di SDN
Sidokare 2, Sidoarjo, Nuha yang menjadi narasumber saat itu memberikan
penjelasan tentang langkah dan kiat menulis. Dia menegaskan bahwa
langkah paling penting untuk menulis dan menerbitkan buku adalah melahap
banyak buku alias gemar membaca. ”Dengan banyak membaca, kita akan
tahu dan bisa memunculkan gagasan,” tegasnya seperti dikutip dari Liputan6.com.
Sepengetahuan saya, Nuha ini adalah
penggemar buku-buku karya J.K. Rowling dan Jostein Gaarder. Novelnya
memang tidak terlalu berat untuk dicerna, bahkan oleh anak-anak
sekalipun. Namun, tebalnya itu kadang bisa bikin minder untuk
membacanya. Tetapi tidak demikian bagi Nuha.
Saya angkat topi untuk Mbak Heni yang
mampu menanamkan aktivitas cinta membaca bagi anak-anaknya. Nuha menjadi
potret kesuksesan Mbak Heni.
Karena itu, saya mendukung kampanye
ajakan membaca dan menulis yang dilakukan Nuha di kalangan anak-anak
sebayanya. Membaca memang harus ditanamkan sejak dini. Jika sejak kecil
sudah mencintai kegiatan ini, mereka tidak akan alergi terhadap buku
kelak saat dewasa. Dan itu tentu saja sangat bermanfaat bagi generasi
penerus bangsa tersebut.
Bangsa ini masih jauh tertinggal dalam
hal membaca dan menulis, bahkan oleh negeri tetangga seperti Malaysia,
Singapura, dan Vietnam sekalipun. Kita tidak bisa mencanangkan target
secara instan bahwa generasi muda kita harus memiliki keterampilan
menulis dalam tempo cepat.
Butuh proses yang panjang untuk mencapai
target itu. Dan kita bisa menanamkannya kepada anak-anak didik kita
sejak usia dini. Memperkenalkan mereka dengan buku dan mencintainya
seperti sahabat karib. Belum terlambat. (copas mas eko prasetyo)
Surabaya, 25 Juni 2012
Minggu, 10 Februari 2013
Pengunjung Tertarik, Produk Ludes Terjual
http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=46a26a667aa11df4df3125de617be16c&jenis=1679091c5a880faf6fb5e6087eb1b2dc
SIDOARJO- Banyak cara dilakukan untuk memupuk jiwa kewirausahaan sejak usia dini. Seperti yang dilakukan ratusan anak-anak TK Nurul Fikri Sidoarjo ini, mereka mencoba menjadi sosok wiraswasta dengan menjajakan barang dagangannya ke setiap pembeli. Para murid TK ini menjual beraneka macam barang dagangan, mulai makanan, minuman hingga buku.
SIDOARJO- Banyak cara dilakukan untuk memupuk jiwa kewirausahaan sejak usia dini. Seperti yang dilakukan ratusan anak-anak TK Nurul Fikri Sidoarjo ini, mereka mencoba menjadi sosok wiraswasta dengan menjajakan barang dagangannya ke setiap pembeli. Para murid TK ini menjual beraneka macam barang dagangan, mulai makanan, minuman hingga buku.
Bukan hanya menjual barang, namun bagaimana menarik pembeli dengan pelayanan yang bagus juga mereka terapkan.
Kepala
sekolah TK Nurul Fikri, Dewi Ajuni menuturkan, kegiatan ini sebagai
wahana belajar memupuk jiwa wiraswasta di usia dini. Dewi ingin
memberikan sentuhan langsung terkait bagaimana melakukan proses
berdagang dengan mengedepankan pelayanan.
“Biasanya
mereka bermain proses jual beli di kelas menggunakan berbagai mainan
pendukung. Tapi kali ini siswa-siswa benar-benar merasakan bagaimana
menjadi seorang pengusaha,” kata Dewi Ajuni.
Dewi
melanjutkan, acara ini sendiri sebagai puncak pembelajaran untuk tema
profesi. Ia memilih profesi pedagang, karena pedagang merupakan profesi
yang merujuk pada sifat Nabi Muhammad SAW. Rasulullah, lanjut Dewi,
berhasil menjadi sosok teladan yang menggambarkan seorang pedagang yang
jujur. Selain itu, jumlah wiraswasta yang dimiliki bangsa Indonesi masih
jauh dari harapan.
”Sesuai
pesan dari Rasullulah, 9 dari 10 pintu rezeki adalah untuk pedagang.
Saya harap, anak-anak ini kelak menjadi wiraswasta, artinya kesempatan
mereka meningkatkan kesejahteraan bangsa sangat terbuka lebar,”
imbuhnya.
Sebanyak
156 siswa-siswi TK tersebut sangat antusias menawarkan barang yang
mereka jual ke setiap pembeli yang melintasi stand-stand mereka.
Berbagai jajanan seperti gethok, kripik telo, bandeng presto, buku
bacaan, dan aneka minuman menjadi barang komoditas yang dijual. Satu
stand, di tempati oleh 8 murid, dan ada pembagian tugas sebagai penjual
dan marketing. M Pahlevi, seorang murid nampak antusias menarik
calon-calon pembeli dengan gaya marketingnya. Sementara siswa lainnya,
sibuk memberikan penjelas terkait keunggulan barang yang dijual.”Ini
bandeng presto khas Sidoarjo, sangat renyak kok,” kata M Pahlevi.
Dengan
penuh percaya diri, murid-murid TK Nurul Fikri menawarkan barang yang
mereka jual kepada setiap pengunjung yang kebetulan mendekat. Nampak,
anak-anak ini begitu getol menjelaskan produk-produk yang mereka jual
tanpa ada rasa malu.
Hal
ini yang membikin pengunjung semakin terpancing untuk mengetahui lebih
jauh terkait produk olahan yang di jual anak-anak TK tersebut. Entah
karena kasihan sudah di jelaskan panjang lebar atau memang tertarik
membeli produk olahan itu, nyatanya semua produk-produk olahan itu ludes
terjual.
"Ini
dibuat dari singkong. Kalau yang ini kripik singkong juga sama bahannya
dari singkong juga, beli ya bu," ujar Anissa siswi TK B meyakinkan
pengunjung.
Hanya
produk berupa buku bacaan dan buku tulis yang masih tersisa. Ernawati
seorang pembeli menuturkan, sebelum dirinya membeli gethok lindri, dia
ingin tahu bagaimana anak-anak ini menjelaskan tentang bahan-bahan yang
digunakan membuat gethok itu. Setelah puas dengan penjelasan anak-anak
tersebut, Ernawati memutusakan membeli gethok tiga bungkus.
”Ya
ini kan sebagai bentuk pelayanan ke konsumen. Saya ingin tahu bagaimana
mereka menawarkan produknya, sehingga bisa menarik konsumen
membelinya,” ungkapnya kepada Surabaya post.
Seorang
wali murid, Joko Susanto menuturkan, dia sangat mendukung kegiatan ini .
Sebab dia berharap, kegiatan ini bisa memupuk jiwa wiraswasta sejak
usia dini. Menjadi seorang pegawai, lanjutnya, bukan hal yang dilarang.
Namun, alangkah baiknya menjadi seorang wiraswasta yang bermanfaat bagi
orang lain dengan membuka kesempatan kerja. Dia sepakat dengan jiwa
pedagang jujur seperti tergambar pada sosok Nabi Muhammad SAW. Dengan
mengambil keuntungan yang tidak banyak, Rasulullah membuktikan bisa
menjadi seorang pedagang sukses pada eranya.
“Memang
perlu pengenalan sejak usia dini tentang bagaimana menjadi seorang
pengusaha yang jujur. Nantinya, anak-anak ini memiliki semangat menjadi
calon pengusaha. Kebanyakan anak-anak kalo ditanya cita-cita apa,
jawabnya pasti dokter atau pilot. Ini perlu diubah, harus mulai sekarang
jiwa pengusaha ditanamkan,” harap pegawai kantor Pajak Pratama
Sidoarjo ini kepada Surabaya Post. m37
SALIMAH Sidoarjo Undang Tan Mei Hwa
http://www.beritajatim.com/citizenjurnalism.php?newsid=984
Email : Jamilatunheni@yahoo.co.id
Persaudaraaan Muslimah (Salimah) Cabang Sidoarjo bekerja sama dengan Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Sidoarjo, Telkom Indonesia dan Ikadi Sidoarjo. Pengajian bertema ‘Indahnya Persaudaraan’ dengan pembicara Nyai Tan Mei Hwa dari Surabaya.
Ratusan kaum hawa dari berbagai penjuru kecamatan di Sidoarjo memadati Gedung Bappekap Sidoarjo Minggu, 13 Maret 2011. Mereka berbondong-bondong datang sejak pagi mengikuti acara pengajian akbar itu. Sambil menunggu kedatangan bu Nyai, para peserta pengajian dihibur tim Nasyid Salimah Sukodono. Lagu Taubat milik penyanyi Wali sempat membuat suasana tambah meriah karena peserta ikut bersama menyanyikannya.
Biasanya para penggemar da’iyah asal Surabaya ini hanya bisa menyaksikan Tan Mei Hwa dari layar televisi, tapi kali ini para ibu bisa bertatap langsung dengan bu nyai. Tak jarang para ibu-ibu dibuat tertawa karena ekspresi wajah beliau yang mendukung tausiahnya. Pengajian dengan durasi dua jam seakan terlalu cepat karena di sela-sela tausiahnya diselipkan potongan lagu. Bu Nyai yang lincah dan interaktif menyampaikan poin penting tentang indahnya kebersamaan. Walau berbeda warna kulit, berbeda suku, berbeda organisasi tapi persaudaraan harus tetap dijaga.
Dalam sambutannya, Efie Alfianti, Ak selaku Ketua Salimah Sidoarjo mengatakan Salimah sebagai organisasi masyarakat yang mempunyai misi peduli perempuan, anak dan keluarga berharap tali persaudaraan sesama ibu-ibu se-Sidoarjo bisa terjalin dengan baik.
Menjelang siang, suasana hening. Banyak peserta yang meneteskan air mata karena bu Nyai menggelar do’a bersama memohon agar anak-anak yang akan berjuang melaksanakan UNAS bulan mendatang diberi kemudahan dan kelancaran.
Tak ketinggalan, di penghujung puncak acara dimeriahkan dengan door prize yang membuat para ibu-ibu berebut pertanyaan dari panitia. Di sekitar lokasi juga dimeriahkan dengan bazaar berbagai produk seperti jilbab, obat herbal, VCD islami dan sebagainya. Semoga acara tersebut menambah kesejukan hati kaum hawa Kota Udang itu. [Heni- Humas Acara]
Penulis : Jamilatun Heni Ratusan kaum hawa dari berbagai penjuru kecamatan di Sidoarjo memadati Gedung Bappekap Sidoarjo Minggu, 13 Maret 2011. Mereka berbondong-bondong datang sejak pagi mengikuti acara pengajian akbar itu. Sambil menunggu kedatangan bu Nyai, para peserta pengajian dihibur tim Nasyid Salimah Sukodono. Lagu Taubat milik penyanyi Wali sempat membuat suasana tambah meriah karena peserta ikut bersama menyanyikannya.
Biasanya para penggemar da’iyah asal Surabaya ini hanya bisa menyaksikan Tan Mei Hwa dari layar televisi, tapi kali ini para ibu bisa bertatap langsung dengan bu nyai. Tak jarang para ibu-ibu dibuat tertawa karena ekspresi wajah beliau yang mendukung tausiahnya. Pengajian dengan durasi dua jam seakan terlalu cepat karena di sela-sela tausiahnya diselipkan potongan lagu. Bu Nyai yang lincah dan interaktif menyampaikan poin penting tentang indahnya kebersamaan. Walau berbeda warna kulit, berbeda suku, berbeda organisasi tapi persaudaraan harus tetap dijaga.
Dalam sambutannya, Efie Alfianti, Ak selaku Ketua Salimah Sidoarjo mengatakan Salimah sebagai organisasi masyarakat yang mempunyai misi peduli perempuan, anak dan keluarga berharap tali persaudaraan sesama ibu-ibu se-Sidoarjo bisa terjalin dengan baik.
Menjelang siang, suasana hening. Banyak peserta yang meneteskan air mata karena bu Nyai menggelar do’a bersama memohon agar anak-anak yang akan berjuang melaksanakan UNAS bulan mendatang diberi kemudahan dan kelancaran.
Tak ketinggalan, di penghujung puncak acara dimeriahkan dengan door prize yang membuat para ibu-ibu berebut pertanyaan dari panitia. Di sekitar lokasi juga dimeriahkan dengan bazaar berbagai produk seperti jilbab, obat herbal, VCD islami dan sebagainya. Semoga acara tersebut menambah kesejukan hati kaum hawa Kota Udang itu. [Heni- Humas Acara]
Email : Jamilatunheni@yahoo.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)